"Ini tentang sesuatu yang perlahan berhenti
Sangat perlahan
Sampai aku hampir tidak sadar ketika
Sesuatu itu telah benar-benar berhenti
Dan semoga ini telah benar-benar berhenti..."
Rumah itu akan direnovasi (lagi). Pemilik rumah
bermaksud menambah satu ruangan lagi. Meskipun satu ruang yang dibangun belum
terlalu lama itu sudah ditinggal penghuninya, sang pemilik rumah tidak ingin
ruangan itu diisi oleh orang lain. Ah, meskipun sudah terlalu banyak ruang di
rumah itu yang juga sama kosongnya, ia tetap bersikeras membangun satu lagi
ruang baru. Setiap ruangan memiliki warna dan aroma tersendiri. Ia tidak ingin
kehilangan warna dan aroma itu.
Penghuni yang lama itu telah ia usir secara
halus. Karena ia tahu, dia sudah tidak lagi nyaman tinggal di situ tapi terlalu
sopan untuk mengatakan hal-hal menyakitkan semacam perpisahan.
Penghuni baru sudah menunggu di teras depan.
Sudah seminggu ia bermalam di sana. Menunggu rumah itu benar-benar kosong.
Karena meskipun berisi banyak ruangan, udara di rumah itu hanya cukup untuk
satu orang. Dan kini ia harus benar-benar bergegas. Membenahi perabotannya,
memastikan tidak ada yang tertinggal dari penghuni sebelumnya. Meskipun itu
terlalu berat untuknya. Sangat berat.
Tapi tetap ada satu ruangan. Jauh lebih besar
dari ruangan-ruangan lainnya. Yang tetap terkunci rapat. Hanya ia yang memiliki
kuncinya. Rutin ia bersihkan ruangan itu dari debu-debu. Tetap ia perbarui
wanginya. Dan selalu ia rawat kesyahduannya. Sampai suatu saat nanti ia
menemukan orang yang tepat untuk menghuni ruangan itu. Mungkin bukan sekarang,
bukan untuk si penghuni baru yang sudawh seminggu bermalam di teras itu. Tapi
segala kemungkinan lain bisa saja terjadi. Ia tidak pernah tahu.
"... tapi kalau ternyata memang belum berhenti
Pukul saja aku
Biar aku sadar
Biar aku terbangun
Dari buaian mimpi beraroma tuak itu"