Monday, February 17, 2014

Rumah

"Ini tentang sesuatu yang perlahan berhenti

Sangat perlahan

Sampai aku hampir tidak sadar ketika

Sesuatu itu telah benar-benar berhenti

Dan semoga ini telah benar-benar berhenti..."



Rumah itu akan direnovasi (lagi). Pemilik rumah bermaksud menambah satu ruangan lagi. Meskipun satu ruang yang dibangun belum terlalu lama itu sudah ditinggal penghuninya, sang pemilik rumah tidak ingin ruangan itu diisi oleh orang lain. Ah, meskipun sudah terlalu banyak ruang di rumah itu yang juga sama kosongnya, ia tetap bersikeras membangun satu lagi ruang baru. Setiap ruangan memiliki warna dan aroma tersendiri. Ia tidak ingin kehilangan warna dan aroma itu.

Penghuni yang lama itu telah ia usir secara halus. Karena ia tahu, dia sudah tidak lagi nyaman tinggal di situ tapi terlalu sopan untuk mengatakan hal-hal menyakitkan semacam perpisahan. 

Penghuni baru sudah menunggu di teras depan. Sudah seminggu ia bermalam di sana. Menunggu rumah itu benar-benar kosong. Karena meskipun berisi banyak ruangan, udara di rumah itu hanya cukup untuk satu orang. Dan kini ia harus benar-benar bergegas. Membenahi perabotannya, memastikan tidak ada yang tertinggal dari penghuni sebelumnya. Meskipun itu terlalu berat untuknya. Sangat berat.

Tapi tetap ada satu ruangan. Jauh lebih besar dari ruangan-ruangan lainnya. Yang tetap terkunci rapat. Hanya ia yang memiliki kuncinya. Rutin ia bersihkan ruangan itu dari debu-debu. Tetap ia perbarui wanginya. Dan selalu ia rawat kesyahduannya. Sampai suatu saat nanti ia menemukan orang yang tepat untuk menghuni ruangan itu. Mungkin bukan sekarang, bukan untuk si penghuni baru yang sudawh seminggu bermalam di teras itu. Tapi segala kemungkinan lain bisa saja terjadi. Ia tidak pernah tahu.


"... tapi kalau ternyata memang belum berhenti
Pukul saja aku
Biar aku sadar
Biar aku terbangun
Dari buaian mimpi beraroma tuak itu"