Saturday, December 29, 2018

Untuk apa status status sedih? Supaya diperhatikan dan dikasihani?
Untuk apa menyerah dan pergi? Supaya dicari dan dikejar?
Untuk apa mengungkapkan? Supaya dimengerti dan dimaklumi?
Pada siapa kau marah? Tidak ada yang peduli

- Iffah kepada Iffah

Thursday, December 27, 2018

Tidak ada judul untuk kita, kita bukan siapa-siapa

 Ada isyarat yang disembunyikan dalam tawa-tawa yang dipaksakan
Ada rindu pada jarak yang sengaja diciptakan
Ada perih di balik tawa masing-masing dengan yang lain
Ada kata "dia" yang sebenarnya bermakna "kamu"

Topeng-topeng yang dipasang
Untuk menutupi rasa yang tidak pada waktunya
Dinding-dinding beku yang dibangun
Untuk melindungi isi yang rapuh

Khawatir melekat selamanya menjadi bagian diri
Lupa akan sebab mengapa ia terpasang
Tapi dibuka pun untuk apa
Kita belum siap untuk saling menemukan

Kita berdiri saling memunggungi
Berjalan saling menjauhi
Tapi berharap bertemu di satu titik
Setelah mengelana keliling dunia

Wednesday, October 17, 2018

Mental Merasa Memiliki Beban Paling Berat

Kadang kita terjebak dalam peran masing-masing. Terpenjara dalam tugas yang kita anggap sebagai beban. Sehingga seringnya kita tidak sempat sowan sejenak, melihat saudara kita dengan perannya yang lain.

Seringnya kita melihat dunia ini dan semua dinamikanya dari sudut pandang kita. Meminta excuses dan rukhshah atas dasar kerepotan kita. Kemudian menyalahkan orang lain yang tidak bisa mengerti kita.

Padahal kita lupa. Bahwa setiap kita memiliki jatah masing-masing. Dengan segala proses dan naik-turun sensasinya. Emosi seringkali ikut bermain dan menguji keikhlasan kita. Sudahkah benar niat-niat kita? Sudahkah kitapun memahami orang lain?

Dan mungkin kita luput bahwa di luar lingkar peran kita, ada peran-peran lain yang juga memiliki tanggung jawab sepadan. Di wajah saudara kita mungkin tidak terlihat gurat keletihan. Tetapi bukan berarti peran mereka lebih ringan.

Bahwa mereka ada bukan untuk mengerjakan bagian kita, perlu kita ingat. Dan bahwa mereka ada untuk membersamai kita dan saling menopang, perlu kita tanamkan dalam-dalam pada default mindset kita. Dan bahwa setiap peran berbeda, tidak akan pernah bisa kita bandingkan ringan-beratnya dengan indikator kita dan beban yang kita tampung, perlu kita luruskan baik-baik.

Dan kepekaan yang kita harapkan tumbuh dari saudara kita, sudahkah kita mengakomodasi mereka dengan empati kita? Sudahkah mereka terpenuhi haknya sebagai saudara kita?

Aku berlindung dari perasaan memiliki beban yang paling berat.

Tumblr, 10 November 2016

Monday, September 24, 2018

Episode 14 : Epilog

Seandainya hidup bisa berjalan seperti cerita. Bermula di mana kita ingin ia bermula. Berakhir di mana kita ingin ia berakhir. Tapi...

Begitulah hidup.

Sunday, September 23, 2018

Episode 13 : Pertemuan-Pertemuan

Hidup adalah serangkaian pertemuan. Sejak pertama kali membuka mata, bertemu dengan orang baru, sampai kembali menutup mata, adalah rangkaian pertemuan yang kadang di antaranya saling menjalin. Jika pada akhirnya aku dipertemukan denganmu, itu pasti karena jalinan-jalinan hidup telah mengarahkannya demikian. Jika pada akhirnya pun aku dipisahkan darimu, itu pun karena telah arahnya demikian.

Pertemuan-pertemuan itulah yang mendewasakan kita. Tidak ada yang merugi. Tidak ada yang perlu disesali.

Episode 12 : Undangan 2

Paket berisi 1000 undangan dari percetakan baru saja tiba ketika seorang kurir sampai di depan rumah. Ia mengantarkan satu buah undangan atas namaku sebagai penerima.

Sekarang di atas meja telah tergeletak tiga buah undangan dengan tanggal berdekatan. Aku memandangi ketiganya sambil tersenyum maklum. Begitulah hidup. Jalin menjalin ceritanya tidak akan dapat kita mengerti sampai satu persatu terkuak misterinya.

Begitulah hidup. Kita tidak pernah benar-benar memutuskan. Aku pernah merasa begitu yakin, kemudian memutuskan. Meski pada akhirnya akhir cerita tidak berjalan seperti keputusanku. Kamu, dan banyak orang lain di bumi ini juga pasti pernah mengalaminya.

Pada undangan pertama, aku memandangi namaku di dalamnya. Waktu yang akhirnya membisikiku nama yang selama ini menjadi misteri. Dan nama itu bukan namamu. Karena namamu tertulis di atas undangan silver yang baru saja datang. Tentu dengan nama seseorang yang telah menjadi pilihanmu. Sementara undangan satu lagi yang berada di atas meja sudah datang sejak kemarin. Dengan nama 'that sweet lil girl' with another guy.

Begitulah hidup.

Friday, September 21, 2018

Episode 11 : Keputusan

Setelah perdebatan panjang dengan diri, berkali-kali merinci plus dan minus, berdiskusi dengan beberapa orang terdekat. Aku akhirnya memutuskan.

Setelah rangkaian kalimat yang berujung kursor berkedip selesai diketik, hening sejenak menyeruak sampai ke setiap sendiku. Menyusul tanda titik muncul, lalu, "send".

Telah muncul di layar kalimat panjangku dengan penutup "Ya, aku bersedia." Secepat itu terkirim, secepat itu aku melihat tanda "dibaca".

Aku telah membuat keputusan.

Episode 10 : Undangan 1

Pada akhirnya kita pasti akan menyebar undangan juga. Entah dengan nama kita bersamaan, atau masing-masing dengan nama yang lain. Tapi aku tidak menyukai candaan yang mendahului takdir. Sekalipun aku berharap candaan itu akan terwujud jadi kenyataan.

Yang aku tidak sukai adalah ketika kuncup-kuncup harap yang mulai layu, seperti disirami air segar, merekah perlahan. Yang aku tidak sukai adalah membayangkan hal sebaliknya setelah harapanku terkembang sempurna. Dan yang paling aku benci adalah ketika kamu mengatakan itu hanya untuk memberikan harapan semu. Salahku kah?

Dan seperti biasa, tanyaku tidak pernah berbalas jawab. Layar ponsel hanya menampilkan baris kalimat dengan kursor berkedip di ujungnya. Hening, kemudian terhapus kembali satu-satu.

Kuganti saja dengan candaan lain seolah aku tidak terpengaruh kalimat sebelumnya.

Sunday, September 16, 2018

Episode 9 : Aku Bukan Ancaman

Tidak pernah enak berada di tengah. Meskipun hanya rasa dan bukan kehadiran fisik. Aku tidak akan pernah berada di tengah kalian. Aku tidak akan pernah bisa menyusul ketertinggalanku. Tidak akan bisa.

Jadi duduklah di sampingnya, tenangkan ia. Aku siap mundur kapan saja.

Tuesday, May 29, 2018

Episode 8 : Kamu atau Bukan Kamu?

Apa yang lebih menyakitkan daripada rasa yang terpaksa dimatikan sebelum ia berbunga? Dan aku dengan sesadar-sadarnya, paham bahwa ini bukan soalan aku pantas atau tidak pantas. Tapi lebih mendasar lagi yaitu tentang aku atau bukan aku, dan tentang kamu atau bukan kamu.

Setelah puluhan hitungan aku menghitung dalam hati, menunggu sampainya aku pada pertemuan berikutnya denganmu, aku sempat hampir lupa. Tapi tepat sedetik sebelum aku benar-benar lupa, kamu harus datang bersamaan dengan kembalinya semua file-file yang hampir saja membusuk di recycle bin memori otakku. Apalah, aku tidak peduli dengan analogi yang berantakan. Yang aku peduli adalah garis pikiran rasionalku yang berantakan.

Kalau saja aku tahu apakah semua perjalanan ini adalah tentang kamu atau bukan, aku tentu akan bisa memutuskan untuk terus berjalan, meski harus menunggu ratusan bahkan ribuan hitungan pertemuan lagi, atau berhenti dan melangkah mundur meski senyumanmu terus menghantui langkah mundurku.

Kalau saja aku tahu apakah semua perjalananmu adalah tentang aku atau bukan, aku tentu akan bisa memutuskan akan bertahan meski ada yang harus keberatan atau bahkan tidak suka, atau mundur teratur meski aku hanya bersaing dengan diriku sendiri.

Kenyataannya aku tidak tahu.

Dan aku memang masih berharap pada pertemuan-pertemuan berikutnya. Merindukan temu-temu tanpa rencana dengan nol ekspektasi. Manis. Sebelum semuanya berubah menjadi getir.

Saturday, May 19, 2018

Episode 7 : Pertemuan yang Terlambat

Mau berapa kali pun aku mengutuki keadaan, ia tidak akan pernah berubah. Mau berapa kali aku bertanya tanpa jawab, kenyataan tidak akan berganti. Nyatanya, dia lebih dahulu bertemu denganmu.

Dalam hidup, mungkin kita sering merasakan waktu-waktu yang tidak tepat. Tidak tepatnya waktu kehadiran kita, tidak tepatnya waktu kemunculan seseorang, tidak tepat waktu mengutarakan sesuatu, tidak tepat waktu bertemu dengan seseorang. Dan sederet missed timing yang kamu mungkin juga pernah rasakan.

Mungkin aku tidak seharusnya berada di sini. Atau berada saat ini. Tapi apa aku bisa mundur lagi ke garis start dan mencoba mencari jalan lain?

Sepertinya, sekalipun aku punya kesempatan untuk kembali ke semula, aku tidak yakin akan mengambil jalan lain. Menurutmu bagaimana?

Friday, May 18, 2018

Episode 6 : Sweet 'Lil Girl

There's this girl. Sweet as candy. Yang perlahan sudah seperti adikku sendiri. Yang selalu ada.

She talks a lot. Mostly about you. Aku baru saja kenal dia dan masih harus banyak beradaptasi dengan gayanya, lakunya, dan moodnya. Tapi satu yang kuyakini benar, posisimu di hatinya bukan posisi main-main. Aku nggak tau yang seperti apa, tapi aku tidak akan bisa menembus dinding itu.

Malam itu, di atas motor yang membawa kami pulang, kutanyakan padanya tapi tidak kutemukan jawab. Hanya kesimpulan sepihak yang kudapatkan dan penguatan atas dugaanku saja.

Dan pada malam yang sama, di atas motor yang sama, aku menangis karenamu untuk yang pertama kalinya. Dan tentang bagaimana ini semua bisa menjadi sangat halus dan sulit kunafikan. Titik air mata yang jatuh begitu saja. Tanpa kompromi.

Episode 5 : Sweet Rendezvous 3

Kamu akhirnya datang. Tanpa permisi. Seperti kamu yang tiba-tiba datang ke dalam hidupku tanpa kamu tahu bahwa kedatanganmu mengimprovisasi hidupku.

Seperti malam itu, saat aku hampir selesai berkemas, kedatanganmu membuatku tidak ingin segera beranjak. Membuatku mencari cara untuk tetap tinggal lebih lama.

Kita tidak banyak bicara malam itu. Tapi aku memperhatikan setiap jawabanmu dalam perbincanganmu dengan orang lain. Aku merekam setiap data yang terungkap darimu.

Dan ternyata, pertemuan yang tanpa ekspektasi terasa jauh lebih manis dari yang kupikir. Semacam kejutan ulang tahun sebelum harinya.

Wednesday, May 16, 2018

Episode 4 : Sweet Rendezvous 2

I live my life. Setelah momen patah hati untuk yang kesekian kalinya, aku lebih mudah menikmati hidup. Lebih mudah melupakan duka. Lebih menikmati setiap tawa dan menyerap sedikit kesedihan hanya untuk formalitas karena aku masih manusia. Waktu-waktu berat itu telah berlalu dan aku, sejak dulu, tidak pernah berlama-lama dalam patah hati. Tapi sepertinya aku belum ingin kembali jatuh cinta.

Sampai aku bertemu denganmu. Membuatku menyadari bahwa aku tetap aku. Yang dapat dengan mudah jatuh karena senyuman. Atau sedikit perhatian. Atau sedikit kebersamaan. Atau bahkan aku bisa jatuh juga karena pengabaian. Orang yang sangat mengenalku, pasti mengerti.

Malam sudah hampir memasuki fase sendu. Aku sudah bersiap pulang ketika kamu datang tanpa ancang-ancang. Sukses membuatku gugup bukan kepalang. Pertemuan yang tidak kuekspektasikan.

Tuesday, May 15, 2018

Episode 3 : Sweet Rendezvous 1

Berlalunya waktu, aku lupa bahwa aku masih menyimpan tanya yang belum terjawab.

Sampai pada suatu malam aku menyadari bahwa aku mulai merindu adalah saat seorang teman menyebutkan namamu. Aku menunggumu malam itu, meski tanpa ekspektasi. Tapi kamu tidak juga datang. Kecewa? Belum. Perasaan ini masih begitu halus untuk mampu membuatku kecewa.

Kita masih punya banyak waktu. Masih tanpa ekspektasi, aku rela menunggu pertemuan-pertemuan berikutnya. Kita pasti masih punya kesempatan yang lain.

Sampai kesempatan itu tiba, aku masih sanggup bertahan dalam ekspektasi nol. Titik di mana belum ada yang perlu dikhawatirkan. Titik di mana belum ada yang perlu dipertimbangkan.

Episode 2 : Pertemuan Kedua

Tidak pernah ada perkenalan resmi antara kita. Aku menyebutkan nama, kamu menyebutkan nama. Ah cliché dan tidak perlu. Yang ada adalah pesan singkat pertama darimu yang menawarkan makanan untukku.

Pada pertemuan kedua ini lah aku memulai banyak hal meskipun pertanyaan-pertanyaan yang kubawa pulang belum juga menemukan jawaban. Tetapi aku belum jatuh cinta. Dua pertemuan ternyata tidak cukup bagiku.

Dan satu kalimat peringatan hati-hati dari seorang teman justru telah membawaku masuk lebih jauh semakin mendekat pada bahaya.

Monday, May 14, 2018

Episode 1 : Pertemuan Pertama

Aku bukan seorang yang percaya akan konsep cinta pada pandangan pertama. Setidaknya untuk diriku sendiri. Aku lebih suka mengakui pepatah jawa yang mengatakan bahwa cinta tumbuh karena terbiasa. Terbiasa membicarakan hobi yang sama, terbiasa ngobrol lewat pesan singkat WhatsApp, terbiasa membicarakan organisasi, terbiasa mengelola acara bersama, terbiasa mengalami nasib yang sama, atau bahkan sekadar terbiasa memikirkan dirinya tanpa orang tersebut tahu.

Maka ketika aku mengingat kali pertama aku melihatmu, aku dapat menilai bahwa saat itu aku tidak langsung jatuh cinta. Meskipun setelahnya, aku membawa pulang banyak pertanyaan tentangmu yang kupikirkan sampai berhari-hari. Dari sanalah, aku terbiasa memikirkanmu.

Friday, February 2, 2018

TKK UI 2017 : No Farewell

After a year full of hard works and hard laughs...
I've written about our togetherness and farewell here
Tapi kata seorang teman, No Farewell! Ini video yang dia editkan.

Padamu atas kerja-kerja kita, our inside jokes, kesalahpahaman, dan kebesaran hatimu, terima kasih telah ada jauh lebih indah dari yang dibayangkan di awal. Tentangmu, kulangitkan doa menembus ruang dan waktu. Kemarin, saat ini, dan hari-hari esok ke depan.

Tabir Cahaya



Pada hari ketika mendung terbuka dan
                                   cahaya matahari menyelisip di sela-selanya
              menyerupai tabir cahaya.
                            Pada hari itu, kulihat
                                                        binar keyakinan di matamu yang selama ini
                                       tertutup kabut.
                   Tapi kamu selayaknya cahaya.
   Bisa dilihat, tapi tak teraih.
                                            Maka ketika seseorang mampu
                           menyingkap kabut itu, ia
                                                   pasti akan selamanya berarti
                                 bagimu. Dan aku telah gagal.
                                                                          Dan pada hari ini,
                       ribuan langkah sejak itu, aku telah menemukan
                                     cahaya baru. Pada binar yang
                                                         tertuju lurus padaku.
                Menghujam ke dalam diri. Aku telah
                                           sampai pada tujuanku.

Berbahagialah



Berbahagialah. Karena aku juga berbahagia dalam kesyukuran.

Di depan nanti, akan ada momen yang akan tidak bisa kita saling hadiri. Seberbahagia apa pun. Sepenting apa pun.

Bukan karena kita tidak lagi saling menganggap penting satu sama lain. Tapi karena mungkin, itu adalah poin dari kedewasaan dan keniscayaan perputaran waktu

Kala jalan yang kita pijak tidak lagi beririsan. Bisa jadi bersisian. Bisa jadi terpisah di persimpangan.

Kala variabel dalam hidup terus bertambah, tidak hanya satu atau dua, tapi berlipat-lipat banyaknya.

Kehadiran akan menjadi barang mewah yang tetap harus disyukuri ketika kita tidak mampu memilikinya, sekeras apapun usahanya

Sekali lagi, berbahagialah

Megamendung, Suatu hari di awal Januari

Dedicated to saudara-saudariku yang telah memasuki gerbang 'dunia nyata'. Nyata tantangannya, nyata perjuangannya.


Note: bukan dokumentasi sendiri. Kontributor: Toni, Widia, dan para paparazi grup kalangan terbatas

Tuesday, January 30, 2018

Membuat Banana Nugget

Description: Description: Description: https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjfZkEUpz9EgqzTIazoWyNpT5iQUGNZsJCt0p0DWgWkJCMKuWjbZQqZkxuA1dg5aBREXyZp-GY3C9hYcSjJzU6Hwxgzt4KxS5Id93FjF0e0eCw7f2_PJVtY7GSqtmw0fDfWQPfnmHnoTTfb/h120/siap+saji+besar.jpg

 

Jadi setelah trennya telah satu tahun lebih berlalu, baru sempat bikin sekarang. Dari dulu pengen banget bikin, tapi selalu mager ngumpulin bahannya. Kebetulan,  Jumat (26/1) kemarin Ummi beli pisang di pinggir jalan dan pas lagi bareng sama aku. Akhirnya aku beli juga dan melengkapi bahan setelah mengantar Ummi pergi liqo.

Aku nggak sempet foto bahannya karena lupa. Dan ada beberapa bahan juga yang baru aku beli saat proses masaknya udah dimulai. By the way, pisang nugget ini recook dari resep di youtube Yuda Bustara (just google it, dear). So let’s get cooking!

Bahan Adonan:

·         Pisang 4 buah (kalau kata chefnya, pakai pisang apa aja bisa. Karena tekstur nggak ngaruh. Tapi kalau rasa, sesuaikan dengan selera, ya.)

·         Telur 2 butir

·         Susu kental manis 2 sdm

·         Gula 2 sdm (atau tergantung kadar manisnya pisang, disesuaikan dengan selera)

·         Tepung Terigu 100 gram

Bahan Pelapis :

·         Telur 1 butir (buka satu butir dulu aja, nanti kalau kurang bisa buka lagi)

·         Tepung Terigu (dikira-kira aja buat ngegulung  nuggetnya)

·         Tepung Roti (dikira-kira juga. Aku belinya di toko plastik dan bahan kue yang kemasan 5000)

·         Garam sejumput

·         Minyak goreng (untuk menggoreng nugget)

Bahan Topping :

·         Oreo 4 buah(Kalau aku pakainya Goriorio, yang murah :D)

·         Coklat masak batangan (secukupnya aja, yang kalau dilelehkan jadi sebanyak satu mangkok kecil

·         Coklat masak putih batangan

·         Susu Kental Manis

·         Pasta perisa stroberi

Alat :

·         Kukusan

·         Banyak wadah (untuk adonan, untuk gulungan pelapis, untuk topping, dan untuk serving)

·         Food Processor/Blender (untuk menghancurkan pisang. Tapi karena aku mager nyuci blender nantinya, aku benyek-benyekin pisangnya pakai Balloon Whisk di mangkok adonan langsung)

Langkah-Langkah :

1.      Aku ngancurin pisang di mangkok besar sampai halus. Tapi sebenernya nggak halus banget. Tapi aku pernah lihat resep nugget somewhere on the internet, katanya nggak terlalu hancur nggak papa. Karena itu justru yang bikin teksturnya jadi enak.

2.     Setelah pisangnya hancur, aku masukin semua sisa bahan adonan dan diaduk jadi satu. Tes rasanya. Kalau kurang manis, tambahin aja susu kental manis atau gula pasir.

3.     Setelah itu aku pindahin adonannya ke dalam wadah yang akan dimasukkan ke kukusan. Aku pakai tempat makan Tupperware. InsyaAllah aman dan nggak meleleh. Karena kukusan aku juga Tupperware. Tapi kalau kamu nggak nyaman pakai bahan plastik, bisa pakai loyang biasa. Aku pakai Tupperware karena nggak punya loyang persegi yang kecil. Sebenernya penting untuk pakai alas kertas roti. Supaya ngeluarin nuggetnya nanti setelah dikukus nggak susah dan nggak nempel. Tapi aku nggak punya. Aku saranin kalau ada yang mau coba masak, pakai kertas roti, ya. Selembarnya 5 ribuan dan kertasnya gede. Belinya di toko plastik.

4.     Aku panasin dulu kukusannya sampai airnya mendidih, kemudian adonannya dimasukkan ke kukusan. Adonan dikukus 15 sampai 20 menit dengan tutup pengukusnya yang nggak ditaruh rapat, tetapi dikasih jeda. Ini saran dari chefnya. Katanya biar nggak overcook.

5.     Setelah 20 menit, aku angkat dan keluarkan nugget dari kukusannya. Nah, jadi, karena aku nggak pakai kertas roti seperti yang tadi aku bilang, akhirnya adonannya agak susah dikeluarkan. Dan akhirnya mengorbankan satu baris potongan jadi hancur. Tapi sebenernya, adonan yang hancur ini bisa banget untuk dicetak ulang. Jadi tekstur nugget yang udah dikukus ini nggak bener-bener nyatu kayak kue. Tapi lebih kayak adonan kalis. Jadi bisa dibentuk jadi apa aja yang kamu mau. Aku bikinnya jadi bola-bola.

6.     Setelah dikeluarkan dari wadah, nuggetnya dipotong-potong sesuai selera. Terserah aja mau potong kayak gimana. Dipotong pakai cetakan lucu juga.

7.     Setelah dipotong, potongan-potongan nuggetnya digulung di bahan pelapis. Jadi siapin dulu terigunya di satu wadah, telur di satu wadah, dan tepung roti di satu wadah. Urutannya tepung, telur, dan tepung roti. Jadi di gulung di tepung terigu, sampai semua permukaannya tertutup tepung, kemudian dicelupkan di telur, sampai semua tertutup telur, lalu terakhir digulung di tepung roti. Boleh ditekan-tekan supaya tepung rotinya nggak berjatuhan.

8.     Setelah semua dilapis, sampai tahap ini, boleh disimpan di kulkas untuk digoreng nanti. Kalau kata chefnya, kalau disimpan di freezer, bisa bertahan 3 bulan. Tapi pastikan wadahnya tertutup rapat, ya, guys. Nah, kalau aku langsung goreng semua. Pakai api sedang, dan minyak goreng banyak, jadi deep fry gitu.

9.     Setelah nugget berwarna keemasan, angkat dari penggorengan dan tiriskan. Siapkan topping.

10.   Aku pakai topping coklat. Jadi harus dilelehkan dulu. Nah, coklat yang aku beli ini mudah meleleh, tapi juga mudah beku. Aku sempat melelehkan barengan sama proses mengukus, jadi cukup pakai uapnya, coklatnya sudah meleleh. Tapi, sebelum nuggetnya digoreng, coklatnya udah beku lagi. Jadi harus dilelehkan lagi. Melelehkannya dengan cara merebus air, kemudian wadah coklatnya di taruh di atas air yang lagi direbus sambil diaduk-aduk sampai meleleh. Hati-hati jangan sampai kena air, karena nanti tekstur coklatnya bisa berubah.

11.   Setelah topping siap, balurkan topping ke atas nugget yang sudah digoreng sesuai selera. Boleh ditambahkan susu kental manis.

12.   Pisang Nugget siap disajikan.

 

Tambahan :

Setelah sharing sama orang tua murid private aku, dapat saran dari beliau. Katanya, kalau adonannya sudah dikukus, bisa dipadatkan di antara dua talenan. Jadi tekstur nuggetnya nanti jadi padat dan jadi enak dah pokoknya. Aku belum coba sih, boleh kalian coba, ya.

Hasilnya lumayan. Tapi karena baru percobaan pertama ya, masih banyak evaluasinya. Misalnya ternyata potongan nuggetnya kegedean. Jadi makannya agak susah karena tepung rotinya nge-shape nuggetnya jadi agak keras di luar. Semoga bermanfaat! Akhir kata, selamat mencoba dan selamat makan. Jangan lupa baca doa dulu, ya :D

Description: Description: Description: https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhLwLyYg7yuZA3_AQow49R5Ir2tHH20CFK_dSfp99LlTiWQt1onUTqE5PRY5zDBsI9ptZAabJjZEwfj7peC6Sch_ukiqactfsLQ8uxjWWuzkvA15Vx5AVAtd_sSjcJY0GjWnm44Hm2lOUbL/h120/1.jpg

Proses 1

Menghancurkan Pisang

Description: Description: Description: https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiLhogz_seqVB0_Yh7zIOkc7fazsyldtOab8y1u-kqooK-PQknztDhUiW2MRE-1GuOP_E4qBCZAETmZtamgnYrNMsKyCEjFNq4N4oK6-__W4JD94-ql4j-3IZQUzMTvKy9CniibPnORhmVK/h120/2.jpg

Proses 2

Campurkan semua sisa bahan adonan

Description: Description: Description: https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiEFWAd3I0PuStlgm0pplr7zXlwML4O2_2vXipej86plUOKWtmVnBvm3vs7t_DVUfI5t7GAROGypWsTvZeH0x4Yo3uqu4MTapve1NEvdEJkfajipuWQdMywcbdTbXO3HyTWDnjcB_S2j_9v/h120/3.jpg

Proses 3

Pindahkan ke wadah untuk dikukus

Description: Description: Description: https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjbA528Ytk0NoyihzdKqidMwzt1vBiT9ZQStJYxtAbwZkO3VRQqrUrcd3pvDAYDXVkGr68qicmy1R0W1i1LyPtAbYlYZIMJvuAWOOT8xZqk5HjI044Axrp81IYY3__Bq8mZj2maGQqsHaOn/h120/4.jpg

Proses 4

Mengukus

 

Description: Description: Description: https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi1ZNAFZ5WRjO8JiBKQRA7jl-jSkDlQAooYOqrZYACCiYn4mMWEpyM0uBD_uw_gHF3oDh3EYYiPyjF6BO9vEmeiyA8SSlHQ-yYLTMn9ptGopVHM9qgGGBfYnT49CgnEiTuiLASxWSglOd3W/h120/56.jpg

Proses 5 dan 6

Adonan yang sudah jadi dan sudah dipotong

Description: Description: Description: https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjdP-UM9GgzzI4fsRdgO7hPhkR-Ps_XdUdhozyU_mKWQaDi-943quYZpP5BXHlgiN0f7B4Y2nkv5LfNA2PR6RzrQlI0GZycOJGssozXI8tEJSe8SfDP90CZ4KqXq73KHQ3NkkcgKS8xU3FO/h120/78.jpg

Proses 7 dan 8

Nugget yang sudah digulung pelapis

 

Description: Description: Description: https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhlbqMeloNI5wj6RAJCngFwBzUpgu7EKe-JDgjTlMjEZqzwX3JQ4WPynC1A4YFoX7eE4DS-PR_9QGYH1bSIYqX8JobmLRMx0B9xEZp1BNmvtGJDO41AzDswQmK56iXlpCxkNDDkg4OiLDL8/h120/910.jpg

Proses 9 dan 10

Menyiapkan topping

Description: Description: Description: https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjAqfLHOHbMvrsO08oLbhAaIM3H5Pxiczja1oZm9nNDAkkzm54YGuBAm6q8sDvny0sdqfDGZqLLSPjFFWRONX7QSMi2D05eZmTOMUhW09pGIpnN_vvXLI1eh7ncVsS8oTfvXPyiXuzHMFS6/h120/11.jpg

Proses 11

Sudah diberi topping

Description: Description: Description: https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjQLAVtHkgnKbl7yzjMvbGNx-VUCN2lgYU0hsHBibws_OnTeDBgVhvnHevvjgSRYSqjLSH6TPJuG7lCcZ9Gme9q80l-6RQo2ppYs6p3tPlZnzvAm6l3e1MYZmJi0GdE_vxeU9M5Gp7FZ_BJ/h120/siap+saji.jpg

Proses 12

Siap disajikan dan disantap