Monday, September 24, 2018

Episode 14 : Epilog

Seandainya hidup bisa berjalan seperti cerita. Bermula di mana kita ingin ia bermula. Berakhir di mana kita ingin ia berakhir. Tapi...

Begitulah hidup.

Sunday, September 23, 2018

Episode 13 : Pertemuan-Pertemuan

Hidup adalah serangkaian pertemuan. Sejak pertama kali membuka mata, bertemu dengan orang baru, sampai kembali menutup mata, adalah rangkaian pertemuan yang kadang di antaranya saling menjalin. Jika pada akhirnya aku dipertemukan denganmu, itu pasti karena jalinan-jalinan hidup telah mengarahkannya demikian. Jika pada akhirnya pun aku dipisahkan darimu, itu pun karena telah arahnya demikian.

Pertemuan-pertemuan itulah yang mendewasakan kita. Tidak ada yang merugi. Tidak ada yang perlu disesali.

Episode 12 : Undangan 2

Paket berisi 1000 undangan dari percetakan baru saja tiba ketika seorang kurir sampai di depan rumah. Ia mengantarkan satu buah undangan atas namaku sebagai penerima.

Sekarang di atas meja telah tergeletak tiga buah undangan dengan tanggal berdekatan. Aku memandangi ketiganya sambil tersenyum maklum. Begitulah hidup. Jalin menjalin ceritanya tidak akan dapat kita mengerti sampai satu persatu terkuak misterinya.

Begitulah hidup. Kita tidak pernah benar-benar memutuskan. Aku pernah merasa begitu yakin, kemudian memutuskan. Meski pada akhirnya akhir cerita tidak berjalan seperti keputusanku. Kamu, dan banyak orang lain di bumi ini juga pasti pernah mengalaminya.

Pada undangan pertama, aku memandangi namaku di dalamnya. Waktu yang akhirnya membisikiku nama yang selama ini menjadi misteri. Dan nama itu bukan namamu. Karena namamu tertulis di atas undangan silver yang baru saja datang. Tentu dengan nama seseorang yang telah menjadi pilihanmu. Sementara undangan satu lagi yang berada di atas meja sudah datang sejak kemarin. Dengan nama 'that sweet lil girl' with another guy.

Begitulah hidup.

Friday, September 21, 2018

Episode 11 : Keputusan

Setelah perdebatan panjang dengan diri, berkali-kali merinci plus dan minus, berdiskusi dengan beberapa orang terdekat. Aku akhirnya memutuskan.

Setelah rangkaian kalimat yang berujung kursor berkedip selesai diketik, hening sejenak menyeruak sampai ke setiap sendiku. Menyusul tanda titik muncul, lalu, "send".

Telah muncul di layar kalimat panjangku dengan penutup "Ya, aku bersedia." Secepat itu terkirim, secepat itu aku melihat tanda "dibaca".

Aku telah membuat keputusan.

Episode 10 : Undangan 1

Pada akhirnya kita pasti akan menyebar undangan juga. Entah dengan nama kita bersamaan, atau masing-masing dengan nama yang lain. Tapi aku tidak menyukai candaan yang mendahului takdir. Sekalipun aku berharap candaan itu akan terwujud jadi kenyataan.

Yang aku tidak sukai adalah ketika kuncup-kuncup harap yang mulai layu, seperti disirami air segar, merekah perlahan. Yang aku tidak sukai adalah membayangkan hal sebaliknya setelah harapanku terkembang sempurna. Dan yang paling aku benci adalah ketika kamu mengatakan itu hanya untuk memberikan harapan semu. Salahku kah?

Dan seperti biasa, tanyaku tidak pernah berbalas jawab. Layar ponsel hanya menampilkan baris kalimat dengan kursor berkedip di ujungnya. Hening, kemudian terhapus kembali satu-satu.

Kuganti saja dengan candaan lain seolah aku tidak terpengaruh kalimat sebelumnya.

Sunday, September 16, 2018

Episode 9 : Aku Bukan Ancaman

Tidak pernah enak berada di tengah. Meskipun hanya rasa dan bukan kehadiran fisik. Aku tidak akan pernah berada di tengah kalian. Aku tidak akan pernah bisa menyusul ketertinggalanku. Tidak akan bisa.

Jadi duduklah di sampingnya, tenangkan ia. Aku siap mundur kapan saja.