Sunday, November 21, 2021

Story of November

I'm not forgetting about the Jurassic Park jokes of you from the very first day we met 3 years ago. I'm a hundred percent sure you don't even remember that I was also in the car you drove that day and will absolutely have no idea about the fact that it was me who start that Jurassic Park thingy which you respond sincerely.
...
And now, three years later,
All these damn roads remind me of you
That specific type and color of car same as the car you drove, keep showing up in front of me
At the roundabouts, at the crossroads, and at the alleys
The jams, the toll roads, and the traffic lights
The gas station and the fast food drive thru
The jokes which keep replayed inside my head every time the traffic lights turn red
I am now driving repeating the playlist you played
I guess, someday later, I will not be able to drive the same road anymore 
Because we still don't have any similarities
Not the complex topic we talk about nor the small things we love to do
We only have that one playlist we both knows
.
.
.
.
.
And after I finish these damn words, I hope this is the closure for me.

Friday, June 4, 2021

Petualang

Aku ini petualang, kata mereka
Karena yang mereka hidu adalah kebebasan
Yang mereka lihat adalah aku yang selalu berpindah
Mereka nilai aku petualang yang merdeka

Tapi mereka tidak lihat
Ketakutan dan kecemasan yang kubawa
Penantian-penantian menyiksa di setiap halte
Dan frustrasi yang kudekap ketika harus pindah tanpa punya waktu bersiap

Aku bukan seperti yang mereka lihat
Pada kekuatan, kubawa serta kelemahan
Pada kebebasan, kubawa serta luka-luka yang memenjarakan
Pada setiap perjalanan, ada secarik alamat usang yang  sama:
Rumah yang belum kutemukan
Jakarta, 14 Februari 2021
13.28 WIB

Friday, April 23, 2021

kangen.

"kangen ya sama gue"

"ya iya lah"

pake ditanya

Update Medio 2022: Eh dia nikah duluanšŸ„²

Sunday, February 14, 2021

Butuh waktu lama untuk sampai ke sini. Duduk di sebelahmu lagi. Setelah momen terakhir adalah di sebuah rumah makan jauh di seberang laut. Aku memindahkan sebuah tas hitam kotak berisi perlengkapan perangmu. Ah, waktu itu aku belum move on dari orang lain.

Aku ingat setahun sebelum itu, aku sedang duduk di dalam mobil, menemani aktivitas seseorang yang kusegani. Kami mampir ke daerahmu waktu itu. Ada panggilan pertemuan katanya. Hey, aku melihatmu. Berkaos... ah, aku lupa warnanya. Bersandal jepit. Duduk di tepi jalan yang kulewati. Bersantai sepertinya.

Aku lega melihat wajahmu waktu itu sebagai wajah sebaya yang kukenali setelah begitu banyak pertemuan dengan orang-orang tua membicarakan hal-hal rumit. Menyapa? Ah, terlalu sok kenal. Karena sepertinya kamu tidak mengenalku saat itu. Di momen-momen berikutnya, aku menunggu pertemuan-pertemuan itu lagi, tapi tidak pernah terjadi.

Sampai tahun berikutnya ketika aku mendapati namamu berada dalam daftar perjalanan yang sama denganku. Berharap dapat mengenalmu lebih dekat, tapi itu tidak pernah terjadi. Lalu harapan itu tertinggal di pulau seberang. Aku terbang berharap kembali ke sana dan memungut serak-serak yang tertinggal.

Setahun kemudian, aku masih belum bisa kembali ke seberang untuk memurojaah harapan yang tidak sempat berkembang. Tapi kemudian aku di sini. Menatap langsung ke arah matamu untuk berbicara hanya yang perlu. Kemudian tertunduk malu saat orang-orang di sekeliling membicarakan kita.

Sunday, January 31, 2021

Tidur

3 jam sudah dan pikiran masih nyalang
Bagaimana caranya?
Tolong, aku ingin tidur

Tuesday, January 5, 2021

Kai sedang duduk di depan laptop dengan telinga terpasang earphone yang terhubung ke ponselnya ketika telinganya mendengar Passenger menyanyikan Let Her Go dari earphone-nya. Ia menghela napas panjang karena selalu ada bau yang tertinggal dari sebuah lagu. Selalu ada debar yang sama dari sebuah lagu dan seakan otaknya memutar ulang semua kilasan balik memori-memori yang tersisa.

Karena benaknya sekarang dipenuhi penyesalan. Adalah kesalahannya telah bermain-main dalam urusan perasaannya. Adalah kesalahannya yang menyepelekan candaan yang ia buat sendiri. Dan kesalahannya juga yang membuat sahabatnya menarik diri. Lalu setelah segalanya berubah, ia baru menyadari bahwa perasaannya sudah tidak sama sejak lama.

Kai menghela napas panjang yang kesekian kalinya untuk meredakan tekanan dalam dadanya. Baru saja ia terima sebuah undangan. Nama pemilik acara terpampang besar di dalam undangan itu. Nama yang sudah lama tidak pernah ia hubungi dan menghubungi. Kali ini ia memang harus benar-benar melepaskan.