Tuesday, April 2, 2019

Buntu

Sesak ini menyumbat semua inspirasi. Padahal aku sebelumnya terbiasa merangkai aksara di sela nafas panjang yang berusaha diatur. Tapi kali ini aku bisu. Pikiranku bisu. Jemariku bisu. Tapi hatiku mengeja namamu. Sekuat tenaga berusaha kutumpahkan supaya tidak jadi toksin, gagal.

Buntu. Tak ada satupun kata yang mampu terangkai. Seolah kanvas yang kugunakan menolak tertuliskan namamu. Seolah cerita yang ingin kutenun menolak mengikuti detail tentangmu. Jangankan nama, sifat yang paling tidak mencolok pun, gagal kuperdengarkan. Hatiku berbicara sendiri. Pikiran tidak sudi mendengar. Apalagi panca indera. Semakin sesak.

Seolah semeseta menolak aku menuliskan tentangmu. Padahal aku pernah menulis tentang banyak persona sebelumnya. Tentang mereka yang pernah masuk ke dalam hidupku untuk kemudian pergi lagi. Tentang mereka yang pernah memekarkan bunga dalam mimpi indahku.

Tapi, ternyata seperti ini pun cukup. Ternyata semesta belum tahu kalau aku masih punya cara ini untuk menceritakanmu. Meski sedikit. Tapi masih sesak. Nafas saja masih satu-satu.

Buntu, seperti jalanku menujumu.