Kamu tidak tahu seberapa sedang hancur leburnya hatinya ketika kamu berkata sedikit keras terhadapnya. Ternyata ia sedang berada di titik terentannya sehingga kata-katamu semakin menghancurkannya.
Kamu tidak tahu seberapa besar beban masalah yang sedang ditanggungnya ketika kamu menilainya sedikit tajam. Ternyata ia sudah menyalahkan dirinya sendiri sepanjang hari sehingga penilaianmu semakin membuatnya merasa gagal.
Kamu tidak tahu dia sudah bersabar sebelum akhirnya kamu pecahkan kesabarannya karena ketidaksabaranmu terhadapnya. Ternyata ia sudah banyak menahan diri sehingga tekanan darimu membuatnya meledak dan semakin terluka karena ia merasa gagal mengendalikan kesabarannya.
Ternyata dia tengah menyimpan sesuatu. Sesuatu yang tidak seorang pun dia beri tahu. Bahkan untuk bercerita pada dirinya sendiri pun ia takut ada yang mendengarkan.
Ternyata dia tengah meredam pilu sendunya luka jiwanya. Patah hatinya berkeping yang dengan gemetar ia rangkai kembali susah payah.
Ternyata dia tengah membangun tanggul-tanggul yang menopang kekuatannya. Membendung kesedihannya. Menekan amarahnya.
Ia bahagia tapi tidak bahagia. Langkah ringannya tak siratkan kalut pikirannya. Tawa renyahnya tidak suarakan lengking nestapanya. Binar cemerlang matanya memang meredup. Tapi mungkin kamu tidak sepeduli itu untuk menyadarinya. Ternyata, kamu tidak banyak tahu tentangnya.
Kamu tidak tahu, betapa sedang hancur leburnya hatinya saat kau tudingkan jari telunjukmu untuk menghakiminya. Kamu tidak akan mengerti bagaimana rasanya.
Sampai kamu berada di posisinya. Sampai kamu merasakannya sendiri.
Home, a while after midnight