Buat apa mencari "cinta"? Cinta tak pergi ke mana-mana. Karena cinta tak berlari. Karena cinta tak bersembunyi. Sebenarnya cinta itu sudah ada pada tempatnya masing-masing. Kau tau? Bahwa cinta akan berlabuh pada pelabuhannya? Bahwa cinta akan mendarat di bandaranya?
Dan setiap perjalanan akan menemui hambatan. Mungkin, cintamu kini sedang mengalaminua. Bersabarlah, itu takdir, kawan!
Terkadang rasanya pengen
BERHENTI!
07:10
@library
- 6/11/12
(dari seorang teman yang ia tuliskan di buku catatanku, tanpa perubahan)
Dan biarkan gumam itu tertahan diujung lidah, tak terucapkan. Tapi jangan biarkan gumam itu tertahan di ujung jari, tak tertuliskan.
Monday, December 16, 2013
Tuesday, December 10, 2013
Aku dan Analogi
Kau tahu mengapa waktu itu aku sering membawa buku itu? Buku yang kau pernah tanyakan walau hanya sekilas. Semoga kau ingat. Waktu itu aku membawa dua buku sejenis itu. Kau tahu mengapa?
Karena aku waktu itu begitu ingin menyaingimu dalam kata-kata. Mencoba mengumpulkan larik-larik itu dan mempelajarinya. Mencoba membuat milikku sendiri.
Tapi, sekeras apa pun aku mencoba, sebanyak apa pun buku jenis itu yang kubaca, aku tidak akan pernah bisa menyaingimu. Aku tidak akan mampu.
Maka biarkan aku beranalogi saja. Aku sedang senang beranalogi.
Karena aku waktu itu begitu ingin menyaingimu dalam kata-kata. Mencoba mengumpulkan larik-larik itu dan mempelajarinya. Mencoba membuat milikku sendiri.
Tapi, sekeras apa pun aku mencoba, sebanyak apa pun buku jenis itu yang kubaca, aku tidak akan pernah bisa menyaingimu. Aku tidak akan mampu.
Maka biarkan aku beranalogi saja. Aku sedang senang beranalogi.
Sepotong Kue dan Tentang Rasa Cemburu
Ketika kamu kehilangan momen yang sebenarnya bisa
kamu dapatkan, kemudian orang lain mendapatkannya, adalah hal yang paling
menyakitkan.
Mudahnya begini. Kamu suka sekali makan cake
misalnya. Teman kamu juga sukaaa banget. Kemudian ada orang baik hati menawarkan
cake itu. Kalau kalian berdua sama-sama mau, kalian bisa berbagi, masing-masing
setengah. Tapi kamu lagi kenyang. Kenyang sekali. Sementara orang yang
menawarkan cake itu hanya menawarkan untuk saat itu. Tidak untuk disimpan.
Dengan berat, kamu harus merelakan temanmu memakan seluruhnya.
Segalanya akan jauh lebih mudah kalau temanmu itu
tidak menceritakan rasa cake itu dengan maksud untuk memanas-manasimu, bukan?
Tapi dia terlalu tega untuk sengaja berbuat demikian. Ia katakan di dalam cake
itu ada selai strawberry yang sangat kamu suka. Rasa manisnya tidak menyengat
dan tidak akan membuat mual jika dimakan sebanyak apapun. Teksturnya lembut dan
tidak pernah ada cake seenak itu. Dan kamu telah kehilangan kesempatan yang
entah kapan akan datang lagi. Bahkan mungkin tidak akan datang lagi.
Bisa membayangkan bagaimana rasa sakitnya?
Begitulah.
Kamu ingin sekali membencinya. Tapi temanmu itu
biasanya baik. Kamu sudah sangat sayang padanya. Semuanya jadi serba tidak enak
di kamu bukan?
Nikmati saja rasa sakit itu.
Berharaplah orang yang menawarkan cake itu
mengerti rasa sakitmu, kemudian dia mendatangimu. Seorang diri. Dan hanya ada
kamu. Kemudian dia memberikan cake yang jauh lebih enak, jauh lebih besar. Maka
berharaplah
Monday, December 9, 2013
Malam-Malam Kami
Malam kami gelap
Dalam penghibaan
Dalam penantian
Malam kami malam yang panjang
Dengan selarik sajak tak berujung
Dengan selarik sajak tak berujung
Malam kami pilu
Dengan rasa sayat-sayat
Bak operasi tanpa anestesi
Dengan rasa sayat-sayat
Bak operasi tanpa anestesi
Malam-malam kami
Nantian jawaban
Yang senantiasa kami tunggu
Di malam-malam kami
Nantian jawaban
Yang senantiasa kami tunggu
Di malam-malam kami
*Gunung Bunder, 8 November 2013, sekitar 23.00 wib*
Sunday, December 8, 2013
Sejenak, Hanya Sejenak
Bangku di sebelah situ kosong
Tak bisakah kita duduk bersama sejenak
Tak perlulah kau berkata sepatah pun
Dan aku juga tak ingin berkata apa pun
Tiga menit bagiku pun cukup
Satu untuk melekatkan namamu
Satu untuk merekam wajahmu
Satu untuk kembali menata hatiku
Kemudian bersiap pergi
Tak perlu ada kata
Karena sejak awal memang tak ada
Tak perlu ada 'kehilangan'
Karena sejak awal tidak ada 'memiliki'
AKU yang naif
tapi,
tak bisakah kita duduk bersama sejenak?
Tak bisakah kita duduk bersama sejenak
Tak perlulah kau berkata sepatah pun
Dan aku juga tak ingin berkata apa pun
Tiga menit bagiku pun cukup
Satu untuk melekatkan namamu
Satu untuk merekam wajahmu
Satu untuk kembali menata hatiku
Kemudian bersiap pergi
Tak perlu ada kata
Karena sejak awal memang tak ada
Tak perlu ada 'kehilangan'
Karena sejak awal tidak ada 'memiliki'
AKU yang naif
tapi,
tak bisakah kita duduk bersama sejenak?
Analogi
Pernah dalam kondisi kayak gini nggak?
Habis olahraga super berat, haus banget, terus di kasih minum. Yang namanya orang kehausan kan nggak cukup ya, seteguk-dua teguk. Lagi nikmat-nikmatnya ngilangin dahaga, tahu-tahu yang ngasih minum ngerebut tempat minum yang lagi kamu tenggak. Kira-kira gimana rasanya?
Itu analoginya. Kamu ngerti nggak?
(Saya sih belum pernah ngerasain ini. Tapi mungkin saya tahu gimana rasanya. Dan berdasarkan kemungkinan itu, saya mengambil situasi ini sebagai analogi)
Lelah Menghijau
Daun-daun itu berguguran satu-satu
Bukan karena sekarang autumn
Bukan pula karena pohon itu akan mati
Tapi karena ia lelah menghijau
Dan tak seorangpun berteduh
Akan ia simpan hijaunya itu
Untuk seseorang yang mendekat padanya
Bukan karena ingin berteduh
Tapi karena ingin melihatnya menghijau kembali
Saturday, December 7, 2013
Subscribe to:
Posts (Atom)