Ketika kamu kehilangan momen yang sebenarnya bisa
kamu dapatkan, kemudian orang lain mendapatkannya, adalah hal yang paling
menyakitkan.
Mudahnya begini. Kamu suka sekali makan cake
misalnya. Teman kamu juga sukaaa banget. Kemudian ada orang baik hati menawarkan
cake itu. Kalau kalian berdua sama-sama mau, kalian bisa berbagi, masing-masing
setengah. Tapi kamu lagi kenyang. Kenyang sekali. Sementara orang yang
menawarkan cake itu hanya menawarkan untuk saat itu. Tidak untuk disimpan.
Dengan berat, kamu harus merelakan temanmu memakan seluruhnya.
Segalanya akan jauh lebih mudah kalau temanmu itu
tidak menceritakan rasa cake itu dengan maksud untuk memanas-manasimu, bukan?
Tapi dia terlalu tega untuk sengaja berbuat demikian. Ia katakan di dalam cake
itu ada selai strawberry yang sangat kamu suka. Rasa manisnya tidak menyengat
dan tidak akan membuat mual jika dimakan sebanyak apapun. Teksturnya lembut dan
tidak pernah ada cake seenak itu. Dan kamu telah kehilangan kesempatan yang
entah kapan akan datang lagi. Bahkan mungkin tidak akan datang lagi.
Bisa membayangkan bagaimana rasa sakitnya?
Begitulah.
Kamu ingin sekali membencinya. Tapi temanmu itu
biasanya baik. Kamu sudah sangat sayang padanya. Semuanya jadi serba tidak enak
di kamu bukan?
Nikmati saja rasa sakit itu.
Berharaplah orang yang menawarkan cake itu
mengerti rasa sakitmu, kemudian dia mendatangimu. Seorang diri. Dan hanya ada
kamu. Kemudian dia memberikan cake yang jauh lebih enak, jauh lebih besar. Maka
berharaplah
No comments:
Post a Comment