Kala itu aku masih kecil. Sekitar umur lima
tahun. Aku mempunyai seorang sahabat. Namanya Elina. Persis seperti nama peri
di dongeng Fairy Thopya Mermaidia. Aku dan dia sangat dekat.. Yang masih
kuingat ia adalah anak yang manja dan mempunyai banyak sekali boneka Barbie.
Maklum pada saat itu dia masih anak tunggal.
Tapi kemudian aku dan orangtuaku pindah keluar
kota dan berpisah dengan Elina. Satu bulan kepindahanku dari kota itu, masih
ada kabar dari orangtua Elina. Dan ketika aku mulai masuk SD aku menerima surat
dari Elina bahwa ia telah memiliki seorang adik perempuan. Aku pun ikut senang.
Tapi sekarang ketika aku dan dia sudah mulai
memasuki kelas SMP, sudah tidak ada kabar lagi darinya. Aku sangat rindu dia.
Mungkin dia sudah memiliki banyak teman sekarang. Dan sudah seperti apa dia
sekarang.
Aku kini punya segudang prestasi yaitu hasil
karangan ku yang sampai terdengar di negara tetangga. Kalau Elina masih ingat
aku mungkin Elina sangat bangga padaku. Di dalam HP papa masih ada fotoku waktu
masih kecil bersama Elina. Ia sangat manis.
Aku mulai mendapat tawaran tour ke kota-kota di
provinsiku. Tapi pihak penerbit buku-bukuku belum memanggilku untuk tour ke
Kota kelahiranku, Kota Male. Aku sangat ingin bertemu Elina.
Malam hari kuselesaikan cerpenku yang berdeadline
lusa. Aku sangat capai. Sejak subuh tadi tak henti-hentinya handphone ku
berdering. Maklum musim liburan. Aku pun terlelap. Keesokan paginya aku
terbangun dan mendapat telepon dari penerbit bukuku dan mengatakan bahwa aku
mendapat tour ke kota Male. Aku berpikir bahwa kalau kuberitahu Elina bahwa aku
kesana, nanti bukan surprise lagi dong. Aku pun berencana merahasiakan
keberangkatanku ke Male pada Elina.
”Eggy, bangun sayang sudah pagi nih, roti dan
susunya sudah mama siapkan, nanti keburu digin lho, bangunsayang,” ujar mama.
Oh ternyata tadi aku Cuma mimpi.
”Oya, gy tadi malam mama mendapat telepon dari
penerbit buku kamu, katanya minngu depan kamu mendapat tawaran tour ke Male,
tempat Elina,” sambung mama.
”Benarkah ma?” tanyaku meminta kepastian.
”Ya benar” jawab mama. ’Tuhan ternyata mimpiku
jadi kenyataan’ batinku gembira.
”Bolehkah aku mengajak teman-temanku? Aku akan
memperkenalkan mereka pada Elina, boleh ya ma, hanya teman dekat kok,” pintaku.
”Ya boleh tapi tiga orang saja, sudah sana
bangun, lalu makan, kita mau jalan-jalan ke pantai,” kata mama.
###
Siang harinya...
”Hallo Silvy, selamat siang kamu mau denger
berita nggak?” sapaku didalam telepon.
”Berita apa?” tanya Silvy penasaran.
”Aku mau tour ke Male, kamu mau ikut ngak?”
tanyaku.
”Wah mau banget!!!” seru Silvy antusias. ”Melda
dan Rara ikut juga nggak?”
”Iya mereka ikut juga, nanti aku telepon mereka.
Oya disana aku mau kenalin kamu sama teman masa kecilku, itu lho yang sering
aku ceritakan sama kamu, Elina,” jelas ku. ”Udah dulu ya aku masih ada tugas
lagi nih, da..”
kalo gitu aku aja yang nelpon Melda dan Rara,
da..”
Aku kembali menyelesaikan cerpenku yang belum
selesai. Tiba-tiba ide ku mentok begitu saja. Aku nggak tahu apa yan hrus
kutulis sekarang. Dan tiba-tiba saja aku teringat kembali pada Elina. Si manis
yang sempat menjadi model balita di sebuah majalah.
’Eggy! Eggy!’ teringat kembali panggilan Elina
ketika mengajakku bermain dengannya dulu. Tapi sekarang aku sudah berpisah
dengannya. Dan sebentar lagi aku akan bertemu dengannya. Uh senangnya.
Selama seminggu aku tak sabar menunggu saatnya
tiba aku bertemu dengan sahabat masa kecilku. Rasanya seminggu itu sangat lama.
Ketika malam sebelum keberangatan ku ke Male,
handphoneku berdering. Tidak di tampakkan nomornya. Kuangkat saja.
”Hallo, apakah ini penulis yang bernama Eggy?”
tanya seseorang dari seberang telepon sana. ’Heran malam-malam begini nelpon’
batinku dalam hati.
”Iya benar ini saya sendiri ada apa ya? Ini siapa
mlam-malam begini nelpon?” kataku yang sudah mulai ngantuk.
”Gy, ini aku, Elina!” katanya.
”Benarkah ini Elina? Tuhan, jadi ini kamu Elina,
mimpi apa aku semalam sampai ditelepon sama Elina, gimana kabar mama-papa kamu?
Baik-baik aja kan” kataku.
”Mama sudah meninggal dua tahun yang lalu, beliau
terkena serangan jantung, aku sekarang tinggal sama papa,” kata Elina sedikit
lesu.
”Maaf Lin, bukan maksud aku menyinggung perasaan
kamu,”
”Nggak apa-apa, aku ngerti kok, oya aku dengar
kamu mau tour ke sini ya, wah senangnya, sudah lama nggak ketemu akhirnya aku
ketemu kamu juga,” kata Elina.
”Kapan berangkatnya?”
”Besok, tunngu aja ya, dirumahmu,” kataku.
”Sekarang rumahku bukan dirumah yang dulu lagi,
aku sudah pindah, rumahku sekrang masuk ke pelosok, soalnya di rumah yang dulu
keadaan semakin kacau sejak mama meninggal, dan komunikasi sama tetangga jadi
kurang sejak mama nggak ada, dan nggak ada lagi yang beresin rumah, dan papa
juga nggak sempat cari pembantu. Kalau kamu mau kerumahku, kamu telepon aja
dulu nanti aku yang jemput, udah gitu dulu, capek nih tadi ada pemotretan
banyak banget tugasnya. Da Eggy, sampai ketemu besok!” kata Elina. O.. jadi
Elina sekarang jadi model, suaranya juga berbeda. Dan sifat manjanya sudah
nggak kelihatan lagi. Mungkin karena dia sudah punya adik.
###
”Hai Eggy! Sorry aku telat. Tadi aku belanja
makanan dulu,” kata Melda.
”Kamu ini, makanan mulu yang dipikirin, lagian
kita bukan mau kemping, ya kan Gy?” kata Rara.
”Jadi Eggy ajak teman-teman?” kata editor bukuku
yang kali ini.
”Iya, aku mau kenalin mereka sama teman masa
kecilku di Male,” kataku.
”Wah jadi kebetulan gini ya, si Eggy punya teman
masa kecil di Male.” kata mas Ankara editorku.
”Semua sudah siap? Ada yang ketinggalan nggak?”
kata mama.
”Siap!!!” seru semua.
Ada tiga mobil yang menuju bandara bersama kami.
Dua mobil adaah mobil panitia dan tim beberapa penulis. Aku sudah tidak sabar
ingin segera sampai di Male.
Saat di bandara ada satu kejadian yang
menegangkan. Melda hilang!! Melda berpisah dengan kami saat kami sedang menunggu
pesawat di ruang tunngu. Semua orang sibuk mencari Melda. Tiba-tiba dengan
santainya Melda berjalan sambil membawa makanan.
“Ya ampun Melda!! Kita semua itu nyariin kau,
kiraiin kamu ilang!” pekik Silvy gemas.
”Sorry aku nggak bilang dulu sama kalian soalnya
aku udah laper banget nih,” kata Melda sambil cengengesan.
”Eh buruan pesawat kita sudah mau take off nih,
jangan sampai ada yang ketinggalan!” kata mbak Vivi bagian pemasaran bukuku
”Silvy, pegangin Melda erat-erat, nanti dia pisah
lagi,” kata Rara gemas.
Sebentar lagi aku akan tiba di Male. Kota yang
sangat kurindukan. Bukan hanya kotanya tapi juga Elina.
”Perhatian kepada para penumpang dimohon untuk
mengencangkan sabuk pengaman dan menegakkan dudukan anda karena pesawat
sebentar lagi akan mendarat.” ujar seorang pramugari dari pengeras suara
pesawat ketika pesawat itu sudah akan tiba di bandara Male.
Ketika kami sudah sampai di Male kami pun
langsung memesan beberapa kamar di sebuah hotel berbintang lima. Yang tidak
enaknya aku sekamar dengan teman-temanku. Ketika aku sudah sampai dikamarku,
aku langsung menelpon Elina.
”Hallo Elina, aku sudah sampai di Male nih, oya
besok kita ketemuan di cafe hotel Hyam Rook meja nomor 15 ya.. aku pakai baju
warna merah bunga-bunga. Oya aku juga ajak teman-teman sekolahku lho. Mumpung
aku belum jumpa fans, jadi besok aja ketemuannya. Kalau lain hari nanti nggak
sempat. Ya udah ya aku mau mandi dulu nih baru sampai. Daa.. sampai ketemu
besok!”
”Da..”
”Woi! Buruan! Mandinya lama banget sih Mel?”
teriakku dari luar kamar mandi.
”Iya nih dikamar ini kan bukan cuma kamu yang mau
mandi! Kita-kita juga mau mandi nih, udah bau!” sambung Silvy.
”Iya, buruan!” lanjut Rara.
”Iya sabar... udah mau selesai nih,” sahut Melda
dari dalam kamar mandi.
”Gini teman-teman besok kita mau ketemuan sama
Elina, jadi kalian besok nggak boleh jalan-jalan dulu.” kataku ketika semua
sudah selesai mandi.
###
Keesokan harinya...
”Aduh temanmu itu kok lama benget sih?” keluh
Melda.
”Maklumlah, rumah dia itu di pelosok, kamu sabar
aja paling sebentar lagi dia datang.” kataku.
Tiba-tiba ada yang menepuk pundakku dari
belakang.
”Kamu Eggy ya” tanyanya.
”Iya. Kamu Elina ya.”tanyaku.
”Ya Tuhan kamu cantik sekali sekarang..” kata
Elina.
”Kamu jauh lebih cantik Elina,” balas ku. ”Sudah
lama aku nggak ketemu kamu sekarang kamu suah jadi model,”
”Kamu juga sudah hebat, karangan cerpenmu sudah
sampai ke negara tetangga. Gimana kabar mama-papa kamu Gy?” tanya Elina.
”mereka baik-baik aja kok.” jawabku. ”Oya kenalin
ini namanya Silvy, yang gendut itu namanya Melda, dan yang pakai baju warna
biru muda itu namanya Rara.”
”Senang bertemu kalian semua..” sapa Elina.
”senang bertemu denganmu juga..” jawab
teman-temanku kompak.
Pertemuan itu sangat berkesan di hati aku. Kini
aku sudah kembali ke tempat tinggalku. Dan kini aku sudah masuk ke kelas tiga
SMP. Dan cerpen-cerpenku sudah banyak dipublikasikan. Elina pun sudah menjadi
artis sinetron yang profesional. Dan aku berjanji komunikasi diantara kita tak
akan pernah putus lagi.
Elina.. oh Elina my best friend forever...
=============Sekian=============
=======Jakarta, 13 April 2008=======
No comments:
Post a Comment