Thursday, February 23, 2017

Terlambat

"Mengapa kau datang terlambat? Aku menunggumu (lagi) sepagian. Tidak ada kabar, tidak juga tanda. Hampir tertidur aku menunggu. Aku tidak sama sekali merasa  bosan.

Sampai beberapa saat yang lalu, datang sebuah tumpangan, berhenti di depanku. Penampilannya menarik, tapi sayang, tidak jelas tujuannya. Tidak meyakinkan juga bisa sampai ke tujuan.
Seperti tersihir, aku naik. Aku baru sadar setelah aku sudah berjalan dan mendapati kenyataan bahwa aku tidak bisa turun.

Mengapa kau datang terlambat? Padahal jarakmu hanya sepandangan mata. Waktu tungguku pun sudah demikian lama.

Dari bisik yang angin sampaikan ke telingaku, aku mendengar kabar. Sepagian tadi, kau hanya berjarak beberapa langkah dari tempatku menunggu. Hanya terdiam. Lalu mengapa? Mengapa kau hanya diam? Dan mengapa kabar ini baru sampai di telingaku? Jadi kau yang terlambat, atau aku?

Tapi aku tidak bisa turun. Kendaraan ini membawaku entah ke mana. Ke perhentian berikutnya atau langsung ke tujuan. Tapi tampaknya, pilihan pertama lebih mungkin. Dan sekali lagi, aku tidak bisa turun.

Kau masih di sana. Menatap kaca belakang kendaraan yang membawaku ini menjauh. Kau masih diam di sana tanpa melakukan apa pun.

Seandainya kau menyusul pergiku, mungkin aku bisa berhenti di sini. Turun dan ikut bersamamu."

---

"Aku terlambat. Padahal berapa tapak lagi saja aku sampai. Kau terlanjur pergi. Bahagia dengan perjalananmu. Yakin dengan tujuanmu. Tapi nyatanya ruang gerakku terkunci di sini. Meneriakkan namu saja aku tak sanggup. Apalagi mengejar pergimu.

Seolah memang begitu seharusnya terciptanya jeda antara kau dan aku. Seperti memang begitu ceritanya kau harus pergi. Seperti memang begitu ceritanya, entah kali ini kau akan kembali turun di perhentian berikutnya, atau langsung sampai ke tujuan. Aku terlambat. Dan sepertinya aku tidak pantas menyusulmu kali ini."

Mampang Prapatan, Kamis, 23 Februari 2017, 23.55 WIB

No comments:

Post a Comment