Friday, June 2, 2017

Ketakutan yang Memakanmu Perlahan



Sampai kapan? Sampai kapan mau berlari terus? Sampai kapan mau menunda terus?

Tidak ada satu pun di antara kita yang tahu apa yang ada di balik pintu itu. Bahkan mendekat saja kau enggan. Jangankan membukanya.

Kau bukannya punya waktu selamanya. Tapi kau terus menghindar seolah tidak ada batas waktu bagimu.

Aku tahu benar rasa takutmu. Tapi bahkan menunjukkan sedikit wajah cemas saja kau tak berani. Seolah kalau sedikit saja rasa cemas itu hadir di wajahmu, kecemasan itu akan membinasakanmu bulat-bulat.

Kau sehatkah?

Kau membayangkan sesal yang akan kamu tanggung. Kau membayangkan melihat dirimu menangis sesenggukan sampai gila, membayangkan semua beban yang akan kau tanggung dengan sesal. Kau membayangkan sampai kegilaan itu datang lebih cepat. Kau telah gila duluan sebelum waktumu benar-benar habis.

Sampai kapan? Sampai waktumu benar-benar habis? Sampai kapan kau akan menghabiskan waktu dengan hidup dalam pengalihan?

Di pojok sini aku mematung, memandangimu. Menangis tanpa suara, tanpa ekspresi. Memandangi siluetmu di seberang sana yang mematung, juga tanpa ekspresi.

Di ruang sendiri ini, hanya ada aku, kamu, dan ketakutan yang memenuhi ruangan. Menghimpit nafas kita. Mengunci ruang gerak kita. Mendesak dari dalam dada, memaksa membuncah keluar. Mencoba meledakkan kepala-kepala kita.

Sampai kapan? Kumohon jangan jawab pertanyaan retoris ini. Tapi lakukanlah sesuatu.

Rumah, 2 Juni 2017

No comments:

Post a Comment