Ternyata hari ini, tujuh tahun yang lalu, adalah pengumuman penerimaan siswa baru IC angkatan 16. Yang alhamdulillah, hasilnya diterima.
Saat itu, aku harus melepas sekolah lain padahal sudah daftar ulang. Saat itu, nggak pernah berharap banyak bisa keterima di IC. Saat itu juga sudah siap-siap masuk sekolah lain, sekolah yang sudah diinginkan sejak kelas 6 SD karena sebagian besar teman SD masuk ke MTs-nya.
Hikmahnya? Masih berusaha dirangkai. Bukankah hidup adalah serangkaian hikmah yang harus terus dicari, dirangkai, kemudian diresapi? Kalau kata wali asramaku dari kelas sepuluh sampai dua belas, kadang, kita baru akan mengerti maksud dari suatu simpul kehidupan kita bertahun-tahun setelahnya. Mungkin sekarang sudah sedikit terjawab. Tapi belum sempurna.
Kalau saja jadi di sekolah itu, sekarang mungkin masih semester 6 karena sekolahnya 4 tahun, atau bisa juga semester 8 kalau cukup pintar untuk bisa loncat kelas. Punya kelompok pertemanan yang pasti berbeda. Mungkin juga akan punya cara pandang yang berbeda. Kita tidak akan pernah tahu kan?
Kita tidak akan pernah tahu akan jadi seperti apa kita kalau menempuh jalan yang berbeda. Karena hidup adalah sekumpulan pilihan di atas konteks dan kondisi. Sekalipun kita menghadapi pilihan yang sama dua kali, mungkin kita akan menjatuhkan keputusan pada pilihan yang berbeda, tergantung konteks saat itu. Hasilnya pun belum tentu sama. Karena akan bergantung pada kondisi sekitar kita. Misteri? Allah Maha Tahu.
Di kampus, beberapa kali bertemu dengan orang yang berkata padaku, "Jadi kamu anak IC? Dulu aku pengen banget masuk situ. Tapi ga keterima..." Itu namanya takdir. Bukan soal siapa yang lebih pintar, tapi jalannya memang bukan di situ. Kadang jadi membayangkan juga seandainya dia juga diterima. Akankah kami berteman dekat di IC? Akankah kami bertemu kembali di kampus?
Lain waktu, aku yang berkata pada teman kampus yang sekolah di sekolah itu. Iya sekolah itu, yang aku nggak jadi masuk. "Dulu aku mau sekolah di situ. Udah daftar ulang, udah ukur seragam, bahkan katanya masih dipanggil namanya pas orientasi. Tapi nggak jadi. Soalnya orang tua memilih IC."
Ah, bukan juga soal menjadikan sekolah itu sebagai cadangan (seandainya tidak diterima IC). Tapi ya, lagi-lagi, bukan jalannya. Tapi ya, kadang tetap berandai-andai juga. Seandainya jadi sekolah di situ, akan kenal dia, dia, atau dia nggak ya? Akan ketemu lagi di kampus nggak ya?
Yang pasti, garis waktu itu jalannya ke depan. Kalo ke belakang, namanya flash back. Dan namanya juga flash back, ya sekilas-sekilas aja. Seringnya juga ga jelas-jelas amat gambarnya. Jadi ya kita emang nggak akan bisa memperkirakan akan jadi seperti apa kita kalau mengambil jalan yang berbeda. Variabel yang bisa mempengaruhi hidup ini tuh ada banyaaak. Ga akan bisa diperkirakan satu-satu.
Intinya apa? Syukur dan jalan ke depan. Hargai apa yang kita dapat karena memilih sesuatu, bukan meratapi apa yang tidak kita dapat karena tidak memilih sesuatu yang lainnya. Karena bahagia itu, kita juga yang memilih.
Lalu aku, memilih bahagia, dipertemukan denganmu di kurun waktu saat ini. Tidak lebih cepat, tidak lebih lambat. Karena kalau lebih cepat aku akan bosan, kalau lebih lambat, aku akan bertemu dengan yang lainnya. Haha
Kosan, 26 Mei 2017
wedeeeh
ReplyDelete