Sunday, May 21, 2017

Overthinking vs Ignorant

"Kadang gue tuh suka sedih, kenapa gue overthinking banget jadi orang. Sama makanan overthinking, sama orang, sama segala sesuatu."

"Yaudah sih, overthinking overthinking aja. Semakin kamu mikirin kenapa kamu orang yang overthinking, semakin kamu sedang overthinking terhadap ke-overthinking-an kamu. Aku juga overthinking kok... (terputus)"

"Ah, nggak! Lo mah cuek orangnya. Cuek banget. Gue sebenernya suka (berteman-red) sama orang-orang yang cuek."

"Oke ralat, somehow, aku orang yang overthinking juga kok, dalam beberapa hal tertentu"

Salah satu potongan percakapan malam tadi di warung kopi. I let you guess, yang mana yang kata-kataku yang mana yang bukan...

Ya, akulah the "somehow" one. Kayak aku emang sedang dalam keadaan overthinking terhadap sesuatu yang akhirnya membuat aku mengeluarkan pernyataan bahwa aku adalah orang yang juga overthinking. Melihat capture-an peristiwa di sekitar saat itu saja membuatku tidak bisa menilai diriku sendiri secara utuh. Lalu disadarkan pada penilaian dari orang lain bahwa aku adalah orang yang super cuek.

Somehow aku ngerasa, dia ada benarnya juga. Tapi nyatanya nggak sepenuhnya benar juga. Atau lebih tepat disebutkan bahwa aku mencoba untuk (terlihat) cuek pada hal-hal yang sebenarnya sangat mengganjal dan mengganggu pikiran. Mencoba (dan sering berhasil) melupakan hal-hal yang apabila pikirannya terus dilanjutkan, akan menghasilkan sikap-sikap canggung yang terpaksa harus kulakukan. Karena pada tataran sikap, aku selalu gagal menutupi suasana hati. Lalu aku merasa, hal yang lebih mudah adalah mempengaruhi ingatan (dengan cara melupakan sesuatu), sehingga ingatan itu tidak mempengaruhi suasana hati, sehingga suasana hati itu tidak mempengaruhi sikap, sehingga aku tidak melakukan hal-hal canggung yang akan sangat kubenci jika terpaksa harus kulakukan.

Kadang, menjadi orang yang cuek (plus pelupa) adalah hal yang sangat kusyukuri. Aku nggak perlu repot-repot menutupi suasana hati karena takut canggung (dalam kasus apapun). Aku nggak perlu repot-repot menyembunyikan kekesalan lama-lama. Aku nggak perlu repot-repot menutupi rasa malu lama-lama. Karena aku sudah lupa.

Tapi kadang nyesel juga karena keterusan jadi orang yang over cuek. Jadi nggak peduli sekitar, padahal kalo kata tes MBTI, aku ini orang ESFJ (The Consul). Jadi sering teringat sama sekitar setelah semua terlambat. Jadi sering ngerasa bersalah karena nggak lebih banyak tahu tentang teman dekat daripada si teman itu mengerti aku.

Well, secuek-cueknya aku, benar kan ada overthinking-nya juga. Paling nggak overthinking tentang seberapa cuek aku.
Masih di kosan, Minggu, 21 Mei 2017

No comments:

Post a Comment