Saturday, May 20, 2017

Ah Elah, Fah, Gitu Doang!

Malam ini aku pulang dalam keadaan seluruh tubuh masih gemeteran. Terutama suara. Bukan kelelahan. Iya sih lelah, tapi cuma sedikit. Kondisi ini lebih banyak hasil grogi berlebih yang justru muncul pasca suatu hal yang ketika aku melakukannya, rasa gugup akan menyerang seluruh tubuhku.

Biasanya, orang grogi kalau akan menghadapi sesuatu, terus setelah semua berlalu, ia akan lega dan kembali seperti sedia kala. Tapi aku selalu bertanya-tanya pada diri sendiri, kenapa aku nggak bisa membiarkan diriku duduk tenang, merasakan kelegaan, lalu melupakan rasa nervous yang baru saja berlalu. Efeknya, aku akan merasakan kelelahan yang luar biasa, sama lelahnya seperti setelah beraktivitas fisik seharian. Aku nggak yakin bagian mana yang salah.

Di kehidupan sehari-hariku, aku adalah orang yang talkative. Seperti bisa mengeluarkan semua kata yang terlintas dalam pikiranku, dengan begitu saja. Tapi semua akan berubah 180 derajat kalau aku harus berbicara di atas panggung. Panggung seperti apa pun. Berbicara tentang apa pun. Seringkali, kalau aku sedang rajin dan cukup siap, aku akan menuliskan poin-poin yang harus kukatakan. Kalau lebih rajin lagi, bahkan sampai narasinya aku tulis di kertas kecil. Tapi, bagaimanapun persiapannya, setelah naik panggung, semuanya pasti buyar. Termasuk ingatan untuk membuka teks yang sudah disiapkan. Sampai-sampai seringkali harus mengulang-ulang "رب اشرح لي صدري و يسر لي أمري و احلل عقدة من لساني يفقهوا قولي"  berulang kali supaya bisa sedikit tenang.

Aku kenal seseorang yang di kesehariannya tidak banyak bicara, tetapi kalau sudah berbicara di depan, bisa seolah akan mengeluarkan semua kata yang ada di kamus. Sering aku bertanya-tanya pada diri sendiri, kenapa aku nggak bisa seperti itu.

Aku kenal seseorang yang di kesehariannya memang cukup banyak bicara. Jadi ketika dia dengan lihai memainkan diksi di depan banyak orang, aku tidak lagi heran. Aku lebih lagi mempertanyakan. Kenapa aku...

Ya, gugup yang kubawa pulang malam ini, sedikit banyak dari sana. Setelah harus berbicara sedikiiiit sekali. Dan kalau kamu tahu apa yang tadi aku bicarakan di depan, kamu pasti akan bilang, "ahelah gitu doang". Tapi itu tidak pernah menjadi "gitu doang" bagiku.

Begitu ditutup dengan salam, tidak ada yang namanya "lega". Yang ada tangan gemetaran. Kaki nggak bisa diem. Dan jantung masih berdebar-debar. Sampai waktunya pulang pun suara masih terdengar gemetar. Pikiran masih berputar-putar di depan sana. Ada yang salahkah? Ada yang kurang kah? Ada yang terlalu cepat kah? Semakin banyak daftar pertanyaan yang terlintas di pikiran, semakin rasanya ingin menangis.

Oke, itu tadi. Kalau biasanya aku tidur untuk meredakan jantung yang masih berdebar-debar, kaki yang masih goyang-goyang nggak bisa diem, kali ini, inilah terapiku. Menuliskan semuanya. Besok, semua akan kembali seperti sedia kala. Besok, aku tidak akan mengingat kegugupan hari ini. Besok, aku akan baik-baik saja. Nantinya, kalau dirasa tulisan ini justru semakin meresahkan diriku sendiri, aku akan hapus.

Haha, curhatnya jadi panjang. Maaf harus membuatmu membaca ini (siapa tahu ada yang beneran baca). Salam hangat, cheers .
Kosan, Sabtu, 20 Mei 2017

No comments:

Post a Comment