Sunday, October 20, 2013

Karena Ia Tidak Mengerti

Malam itu, kendaraan roda dua itu melaju dalam keheningan. Yang disela sekali-dua oleh tanya dan jawab selewat. Hatiku ditemani suara deru mesin dan hembusan angin malam. Dengan diam, kutelusuri hatiku. Ada sesak di sana. Yang tak bisa hilang dengan sekali-dua hela nafas panjang. Pun ada perih di situ.

Sementara orang di depanku, yang duduk terpisah tas hitam-merah itu tidak mengerti. Apa yang bergolak di dalam sini. Apa yang bertikai di dalam sini. Berharap ini tak segera berakhir. Berharap roda itu tak berhenti berputar sampai habis malam. Berharap ia mengerti mengerti bahwa aku tak ingin segera turun. Dan mencoba meresapi setiap detik di sana yang kuharap melambat.

Tetapi aku memang harus turun. Ketika roda itu berhenti berputar di ujung jalan. Berat. Dengan parau ucapan terima kasih yang mungkin tak sempat tertangkap inderanya. Yang mungkin segera berlalu tertiup angin tanpa sempat terdengar. Aku menatap wajahnya sekilas yang disembunyikan gelap. Menelusuri setangkap siluet wajahnya. Seperti sebelumnya di tempat yang berbeda kemarin dulu. Karena aku tidak pernah sanggup lebih lama dari itu.

Dan kemudian aku berlalu. Dengan setetes air bergulir turun perlahan. Lalu setetes lagi. Dan lagi. Dalam isak yang kutekan. Dalam hening yang tak terdengar. Lalu berharap ia mengerti.

Tapi mungkin ia memang tidak mengerti

No comments:

Post a Comment