Sunday, October 20, 2013

Ketika Aku Bertanya Soal...


Semalam aku bertanya pada guru ngajiku. Teh Nurul namanya. 

"Bagaimana komentar teteh soal suka sama lawan jenis?"

Sudah tiga orang aku tanyai soal ini. Dengan redaksi, konteks dan situasi berbeda. Teteh satu ini menjawab :

Itu wajar. Tapi biasanya di usia sekarang, ketika suka sama seseorang itu biasanya karena kagum. Lalu ketika menemukan kekurangan orang itu, akan ilfil seketika.

Aku berpikir tentang sesuatu. Apakah hukum itu berlaku padaku? Kira-kira apa yang akan terjadi padaku? Bukankah biasanya justru orang-orang itu terbutakan ketika melihat kekurangan orang yang sisukai? Tapi aku tidak berkomentar apa-apa sementara si teteh melanjutkan kembali penjelasannya.

Jika diibaratkan hati adalah ruangan, ada sebuah ruangan yang kosong. Yang tak pernah tersentuh siapapun. Yang senantiasa terkunci. Ruang itu harus terjaga tetap kosong. Sampai suatu saat nanti tiba masa yang tepat. Di situasi yang tepat. Akan datang seseorang yang tepat yang membawa kunci tersebut.

Tapi yang namanya perasaan itu tidak boleh ditekan. Karena semakin ditekan akan semakin membuncah. Maka jalan terbaik adalah menyalurkan energi itu ke jalan yang benar. Ke kegiatan yang bermanfaat. Jangan sampai energi itu tersalurkan ke hal-hal yang merugikan sendiri. Jangan sampai perasaan-perasaan semacam ini membuat hidup kita jadi tidak nyaman. Nikmati saja yang ada. Tapi jangan terlena karena setruman-setruman itu. Karena itu syahwati. Datangnya dari syaitan.

Diskusi malam tadi lama-lama menyambung ke soal masa depan dan pernikahan karena pertanyaan teman-teman lain di dalam lingkaran kami. Dan diskusi ditutup dengan pertanyaan : "Memangnya Iffah sedang ada perasaan semacam itu?". Aku hanya menjawab dengan senyum.

Meski sebentar, aku senang tanggapan dia tidak menghakimi. Tidak menjawab dengan jawaban "jangan berlebihan", atau langsung menembak "hati-hati itu dari setan", atau ekstrim menyuruh segera berhenti.

Dua orang lainnya yang aku tanyai menjawab dengan jawaban yang menenangkan. Minimal mereka tidak menertawakan aku. Maksimal mereka memberikan solusi.

Nikmati, jalani, banyak berzikir.


No comments:

Post a Comment